Categories
Cuap-Cuap

Observasi Sekenanya, Tagline tanpa tanggung jawab!

Aku, subjek sentral/utama/dominan dalam blog ini.

Harap dimaklumi kita terlalu sering menyisihkan sosok si “Aku’ ini, Pandangan kelompok, Ideologi, kata-kata suci di kitab suci dan semua motivator selalu mengutamakan kata seperti “kita”,”mereka” dalam ceramah mereka yang brilian. Namun tidak kali ini, AKU adalah aktor utamanya. bukan bermaksud untuk sok-sok pro eksistesi-nan-salah-makna ini hanya sekedar bentuk EGO yang ISME.

Categories
Poems Sore

SORE

———————————————————————

SORE
Sore ini tanah becek oleh hujan berderu
Berpegangan tangan bersamamu menanti purnama malam
Aku memelukmu dan kamu merangkulku hingga pagi
Kita didalam musik bersama menjadi tua pada waktu siang
Bercermin secara terbalik pada cahaya sepanjang waktu
Dan sore becek itulah nyanyiannya.
 ———————————————————————
Bandung, 11/01/2009
Untuk ‘SORE’
NB: Image by Jean-Francois Millet’s Noonday Rest1866
Categories
Cuap-Cuap

Menuju Sebuah Sepi

Derap langkah kuda mengalun pelan berirama

rambut berkibaran melawan angin
dan mati terinjak-injak
sunyi

Dycka_goD a.k.a Abdyka Wirmon

Categories
5 Stars Reviews

Review: Botchan


Botchan by Natsume Sōseki

My rating: 5 of 5 stars

Sungguh.

Saya hidup kembali.

Telah lama saya merindukan sebuah bacaan seperti ini. sungguh. ini seperti bertemu kembali dengan kekasih yang telah lama terpisahkan. oh betapa melegakannya. sungguh.

Jauh sebelum membaca buku ini, saya telah sadar dan yakin kalau Soseki Nasume akan membuat saya masuk dan terlempar kedalam karyanya. dan ini terbukti langsung lewat buku ini. jika boleh beranalogi, membaca Botchan ini seperti menaiki pesawat jet melintasi khatulistiwa di sore hari yang cerah. yang artinya hhmm.. saya juga tidak tahu, tapi itu yang saya rasakan, yaaahh.. gitulah..

Botchan akan menyuguhkan kejujuran dunia yang keras, semua hal terlihat pelan namun sebenarnya semua ini berjalan sangat cepat, kesadaranmu akan membuat semua realitas terasa pelan dan mencekam. bagaimana tidak, banyak konflik disuguhkan dengan pedas dan dingin disini. tidak enak namun sangat indah. kau akan menyaksikan banyak hal yang saling bersinggungan dan tidak jarang saling menikam dan bertabrakan. tolong jangan berbohong bukankah manusia menyukai ini, menyaksikan sebuah kehancuran dan penderitaan adalah sebuah tontonan yang kita sukai. itu kenapa begitu banyak berita kriminal dan bencana disiarkan di TV, ratingnnya tinggi. serius lho..

Jika kamu belum membaca buku dan bertanya “bagaimana cerita buku ini?” hhmm.. saya hanya bisa menjawab “jangan pedulikan ceritanya”. siapa yang akan peduli dengan cerita Botchan ini, ceritanya terlalu biasa dan sangat sederhana, ini hanya cerita tentang kehidupan dan pemberontakan akan realitas yang ada. semua orang pasti mengalaminya, namun masalahnya apakah kita bisa melihat dunia dengan cara seperti di Botchan ini, apakah kita bisa selalu jujur seperti tokoh utama dalam buku ini, apakah kita bisa menolak semua hasutan dan kemunafikan seperti yang disajikan dengan sangat gemilang oleh penulis buku ini, apakah kita bisa menjadikan idealisme sebagai harga mati, apakah kita bisa memberikan rasa sayang yang tulus dan berjanji untuk tetap setia, apakah kita bisa tetep kuat saat semua orang mencoba menjatuhkan? jika jawabannya tidak, cobalah belajar dari buku tipis ini. seperti kata mendiang ayahku, “buku adalah guru terbaik”

Oke, saya sadar, saya tahu kalau review ini kedengaranya berlebihan dan bertele-tele, namun seperti inilah kejujuran yang bisa saya berikan untuk buku ini. terima kasih.

NB: untuk yang telah pernah membaca buku ini diharapkan komentarnya, semoga kita bisa berbincang-bincang, bercakap-cakap, atau kemungkinan terburuk, saling mencela 😀

View all my reviews

Categories
GRI

Membaca Apa dan Siapa : Karya dan Sang Penciptanya

Sambutan Teguh Esha dalam Anugerah Pembaca Indonesia 2010 
Membaca Apa dan Siapa : Karya dan Sang Penciptanya
Ketika aku MEMBACA sesuatu –BERITA dan atau CERITA—apa yang sesungguhnya ‘ku baca? Aku membaca suatu KARYA yang DITULISKAN oleh SANG PENULISNYA: SEORANG WARTAWAN atau SEORANG SASTRAWAN.

Di dalam karya tersebut terkandung SUATU dan atau BEBERAPA PERISTIWA tentang SIAPA, APA, MENGAPA, DIMANA, KAPAN dan BAGAIMANA:

Siapa yang dituliskan?
Apa yang dikerjakannya?
Mengapa ia dituliskan?
Dimana peristiwa itu terjadi?
Kapan terjadinya?
Dan bagaimana proses terjadinya peristiwa tersebut sejak dari awal sampai ke akhirnya?

Sesuatu buku, majalah, suratkabar dan media (komunikasi) massa yang lainnya adalah alat atau sarana pengantar suatu karya yang dituliskan oleh sang penulisnya berdasar pengalaman raga dan jiwanya, lahir dan bathinnya; melalui proses penciptaan atau kreativitas yang ‘merupakan’ kesatupaduan kegiatan akal dan fikiran, perasaan dan keseluruhan aktivitas yang berlangsung serentak dan serempak serta sinergik dan harmonik; dalam suatu TOTALITAS PENULISAN yang digerakkan oleh SUATU DAYA CIPTA DARI LUAR DAN DARI DALAM DIRINYA!, YANG BERKESINAMBUNGAN pada suatu (batas) WAKTU TERTENTU!

SEBELUM AKU menuliskan cerita ALI TOPAN ANAK JALANAN, cerita itu BELUM ADA! Dan sebelum bokapku dan nyokapku bertemu dan kemudian mereka menikah, AKU BELUM ADA, BELUM EXIST DI DUNIA INI! Demikian pula riwayat manusia-manusia dan ciptaan-ciptaan yang lainnya! Sebelum ada, mereka tidak ada! Peristiwa nyatanya tidak ada atau belum ada sebelum di-ada-kan.

Sebelum Ali Topan ada, kemudian ia ada, siapakah yang meng-ada-kan dia? Aku!

Aku –sang penciptanya dan sang penulisnya–yang mengadakannya!

Lalu, sebelum aku ada dan kemudian aku ada, Siapakah Yang mengadakan aku?

Orangtuaku? Bukan! Orangtuaku hanyalah media, alat, sarana peng-ada-an diriku:
dari tak ada menjadi ada.

Kar’na, sebelum bapak dan ibuku ada di dunia ini, Siapakah yang Meng-ada-kan mereka?
Bapak moyang mereka?

Lalu, sebelum bapak moyang mereka ada, Siapa Yang Meng-ada-kan bapak moyang kita?

Ujung-ujungnya kita kepentok FAKTA, bahwa ADA SANG PENGADA YANG MENGADAKAN siapa dan apapun yang DIA KEHENDAKI! DIA ALLAH SANG PENCIPTA!

Bagaimana Sang Pencipta menciptakan sesuatu –siapa dan apa –yang Ia kehendaki?

Jika Allah berkehendak terhadap sesuatu, Ia berkata:
“ada” maka ia “ada”
“be” so it is “be”
KATA! KATA KATA!
DAN BAHASA! BAHASA BAHASA!

Sebagaimana manusia dan ciptaan-ciptaan yang lainnya, ALLAH yang menciptakan semua itu! Tak ada yang selain Allah!Bahkan orang-orang yang konon —kata mereka—tidak percaya dengan (Keberadaan) Allah, mereka tidak sanggup menjelaskan tentang keber-ada-an diri mereka di dunia ini : sebagai objek dan bukan subjek penciptaan. Dan, —–jika ,mereka berkarya—apakah mereka juga menyangkal, bahwa karya mereka tak ada penciptanya?

Orang-orang yang kata mereka tidak percaya dengan keberadaan Sang Pencipta, bagaimana mereka bisa tidak percaya tentang keberadaan karya-karya yang mereka ciptakan dari tak ada menjadi ada?

Mereka diberi mata untuk melihat, tapi mereka buta. Bukan mata di kepala mereka yang buta, tapi mata dalam dada mereka: mata bathin mereka!

Mereka diberi telinga untuk mendengar, tapi mereka tuli. Bukan telinga di kepala mereka yang tuli, tapi telinga bathin mereka yang tuli!

Mereka diberi nurani untuk mengerti, tapi mereka tak kunjung jua mengerti.

Mereka buta bisu tuli, tapi mereka tidak menyadari.

Jika aku membaca sesuatu buku –buku sastra dan atau bukan sastra!—aku merenung dan berfikir tentang sang penulisnya! Jika aku melihat —dan membaca dengan akal, fikiran dan perasaanku—selembar daun atau sekuntum bunga; aku berfikir dan takjub, terpesona oleh Daya Cipta, Pengetahuan, Teknologi dll. yang dipunyai Allah yang sanggup menciptakan semua daun dan semua bunga ada di bumi ini!

Aku sering memetik selembar daun dari tangkai pohonnya. Ku pandangi selembar daun itu. “Dulu kamu tidak ada, wahai selembar daun. Lalu, kamu diadakan oleh Allah Sang Pencipta: Dari tidak ada menjadi ada. Dan sekarang kamu berada di telapak tanganku.

Aku harus bisa membuktikan, bahwa kamu sesungguhnya tidak ada,” kataku kepada selembar daun itu. Dengan Nama Allah Sang Pencipta, aku sobek daun itu menjadi dua sobekan. Lalu kusobek-sobek lagi setiap belahannya. Demikian seterusnya hingga ke bagian-bagian yang terkecil yang mampu kubelah. Dan aku berfikir : jika setiap bagian dari daun itu dibelah-belah terus hingga ke bagian yang terkecil, dan dibelah-belah, lagi, maka bagian yang terkecil itu tidak ada! Aku gemetar. Sekujur diriku—raga dan jiwaku–merinding. Pujian untuk Allah Tuan al alamin.

Ketika aku membaca sesuatu buku, aku membaca sang penulis buku itu dengan akal dan fikiranku! Bahkan ketika aku membaca sebait puisi yang “ku ciptakan” dan kutulis dengan tanganku sendiri, aku terkaget-kaget! Kenapa —dan bagaimana—kok “tiba-tiba”
aku bisa menulis puisi itu:

aku di sini
aku tak lari, aku tak sembunyi
penjaraku tak bert’rali besi

atau ini:

sunyi ini bukan sunyi yang dulu
tapi tetap sunyi

Seperti kegiatan manusia yang lainnya, kegiatan menulis dan membaca berjenjang-jenjang tingkatan kualitas(orang)nya! Para penulis yang goblok, pasti karya mereka mengekspresikan kedunguan mereka. Dan para pembaca yang bebal pasti mempertontonkan kebebalan mereka.

Ketika aku membaca Kehancuran “Indonesia”, aku membaca kebodohan-kebodohan itu: kehancuran daya cipta dan kecerdasan mayoritas penulis dan mayoritas pembacanya!

Aku bukan (golongan)mereka!
Semoga teman-teman Goodreads Indonesia seperti saya !
Nggak idiot seperti mereka..

SaLeM SaLoM SoLeMnis SaLaM SeLaMat

Teguh Esha

Jakarta, 5 Desember 2010

Categories
4 Stars Reviews

Review: Andy’s Corner: Kumpulan Curahan Hati Andy F. Noya

Andy's Corner: Kumpulan Curahan Hati Andy F. NoyaAndy’s Corner: Kumpulan Curahan Hati Andy F. Noya by Andy F. Noya

My rating: 4 of 5 stars

Surat Kecilku untuk Om/Bapak/Bung/Bang/Saudara Andy F. Noya

Kepada
Yth. Andy F. Noya

Hai Om..

Sebelumnya saya akan bercerita sedikit tentang diri saya dan televisi. Saya tidak suka dengan tabung elektronik itu, bukan benci hanya tidak suka. kenapa? hhmm.. saya tidak percaya dengan duduk berlama-lama didepan TV sambil makan krupuk bisa menyelesaikan masalah dan membuat hidup saya jauh lebih baik. itu saja.

tentu saya juga pernah menikmati TV tapi itu hanya dalam kadar yang saya percaya sangat sedikit sekali dan saya hanya bisa menikmati satu stasiun saja, bukannya saya tidak bisa mengoperasikan remote control namun saya percaya dan harus menikmati iklan yang ada diantara jeda suatu program, menurut saya ini cara terbaik berterima kasih atas program gratis yang TV berikan. jika diurut sedari kecil saya hanya tahu sedikit stasiun TV saja, mungkin bisa digambarkan seperti ini:
Cartoon network –> MTV dan Tv5 –> (jeda kosong selama beberapa tahun sejak 1998 sampai 2004) –> Metro Tv –> NatGeo –> dan sekarang kosong kembali. kalaupun ada saya hanya menikmati siaran pertandingan Sepak bola dan acara anda tentunya, Kick Andy!

Kick Andy! menurut saya mempunyai dua keunggulan, pertama Hostnya dan kedua ditayangkan dua kali, jumat dan minggu, jadi jika saya lupa menonton hari jumat saya bisa meontonnya hari minggu, ini alasan saya jarang melewatkannya. dan menyangkut isi acaranya saya rasa sangat refatif, kadang menarik dan kadang “mayan” tergantung topik yang diangkat, tapi itu tidak masalah, selama Hostnya Om Andy, saya akan duduk manis.

oh ya review buku ini, secara keseluruhan saya sangat menyukainya, saya suka cara anda menulis, jujur, terbuka dan benar terasa seperti sebuah curhatan. review selesai. maaf jika review diatas sangat pendek, saya hanya mencoba to the point.

Namun ada satu bab Favorit saya, sebuah bab yang telah saya baca berulang-ulang selama dua minggu ini, sebuah bab yang saat pertama membacanya membuat saya nyaris menangis. yaitu Bab berjudul “Buku” pada halaman 27. pada bab ini saya bisa merasakan apa yang Om Andy rasakan, sebuah perasaan yang saya alami hampir tiap hari.

Bab ini menceritakan tetang kehausan seorang pencinta buku, kehausan yang sangat nestapa akan buku. saat kebanyakan orang mengimpikan rumah mewah, mobil dan harta yang lain, Om Andy hanya mengimpikan memiliki buku. seperti yang saya kutip berikut ini:
“Sejak itu, di bawah alam sadar saya, ada ‘dendam’ yang terus mengikuti langkah saya. suatu ketika nanti, jika mampu, saya akan membeli buku sebanyak-banyaknya. begitu suara hati saya”
oh betapa keingian yang luar biasa. dan saya merasakan hal yang sama. ini membuat saya menjadi orang yang normal. saya menjadi sadar bahwa apa yang saya impikan selama ini juga diimpikan oleh orang lain juga. ini membuat saya bangga dengan hal yang saya impikan.

selama ini saya hanya menganggap sebagai seorang diTV yang wajib saya tonton namun sejak saya membaca bab ini, anda resmi masuk daftar orang yang saya idolakan. saran saya, anda harus menjaga kesehatan dan berusaha panjang umur, karena sebagian orang yang masuk dalam daftar itu telah menyelesaikan urusannya didunia.

untuk itu Om Andy, selamat dan panjang umur selalu.

salam,

`dyka`

View all my reviews

Categories
4 Stars Reviews

Review: OTOBOKE SECTION CHIEF vol. 01

OTOBOKE SECTION CHIEF vol. 01 OTOBOKE SECTION CHIEF vol. 01 by Masashi Ueda

My rating: 4 of 5 stars

Ohh Masashi Ueda..

ini seperti mengobati kerinduan. 12 tahun saya habiskan dengan membaca berulang-ulang Kariage Kun, dan akhirnya kebiasaan itu teralihkan oleh Komik ini. saya menyebut hal ini anugerah.

View all my reviews

Categories
Poems

Putus Asa Saja!

Impianku telah membabi buta
merajang jiwa dengan tidak sopan
dan merasuki hati tanpa basi basi
apa yang bisa diperbuat
jika waktu bermain riang dan tersesat
dan ruangpun telah tidak berdimensi.

Berdoa kata mereka,
dasar pembohong
menyembah tidak akan merubah apa-apa.

Bertindak gertak kalian,
dasar laknat
melompat kejurang adalah sia-sia.

Saat ini tolong diam
tak usah direnungi
kenangan telah membusuk bersama berhala sembah itu
retak dan tidak lama lagi akan pecah
percayalah
lihat saja.

Tembok-tembok ini tidak ada harapan
hembusan pelan akan merubuhkannya
ditopangpun sama
hanya akan membuang tenaga
coba saja.

Sudah berhentilah
buntu, tidak ada jalan
lutut ini terkunci dan
tanganpun perikat
rapat dan kencang.

Sudah bernapas sajalah
tarik pelan
hembus keluar
dan ulangi lagi
toh hanya itu yang bisa.

Sudah jangan berontak
buat apa?
jangan mikir lagi pake otak
toh isinya cuma celah dan rongga.

Sudah jangan tunggu
waktu dan ruang itu tidak ada
tidak saat ini dan dsini.

Mati?
buat apa?
percuma.

Hidup?
memangnya bisa?
silahkan saja.

Jadi?

Categories
Poems

Taman Langit

Tak ada yang seindah saat ini
berbalutkan gelap malam
mengintip rembulan yang terbelah
berkedipan dengan bintang yang memerah
inilah sedikit keindahan dunia
melihat ciptaan sang Kuasa.
Ayo duduk berdampingan
istirahatkan pundak yang basah
rebahkan diri diatas putihnya awan
tak perlu lagi berkeluh kesah
semua akan sempurna dengan adanya kau dan aku bersama.
Jangan hiraukan dia dan mereka
mereka tidak ada
disini hanya ada kita
buanglah semua kata
sunyi ini adalah nyanyian terindah
tutup matamu, dengarkanlah senandung angin
dan bersandar dipundakku.
Wahai bintang jangan cemburu
bulan akan selalu bersamamu,
dikeheningan ini
biarkan aku dan dirinya meresapi dinginnya hampaan ini
biarkan aku dan dia berpegangan tangan
dan biarkan aku dan dia berbagi kehangatan
karena hanya saat ini kami bisa merasakan damai.
Damainya kebersamaan
bersama melihat bulan yg sama
dan lihat! bintang itu tertawa kecil untuk kita
menyinari hati yang tersipu malu ini
dan bersinar dalam lindungan TAMAN LANGIT.

Oleh Abdyka Wirmon dan Sari Muliani

Image By americanpsycho

Categories
Poems

Ke-egoisan-ku

Berjuta-juta ton lava mengalir di tubuhku
mereka pikir aku tersiksa
tidak, aku bahagia.

Panasnya telah mencairkan hatiku yang beku
melelehkan rantai berkarat yang mengikat tanganku
menghancurkan beton yang menanam kedua kakiku.

Kini aku bisa berlari menujumu
kini aku bisa menyentuh kelembutan dihelai rambutmu
kini aku bisa bebas memelukmu.

Kuda-kuda liar berlari bergerombol
mereka terhenyak melihat jernihnya danau khayalan
rusa-rusa muda bertanduk panjang meneguk air cawan dunia
tertidur pulas tanpa takut diburu harimau lapar yang kehilangan cinta.

Engkau pikir aku ini bodoh
berkhayal tentang rimba yang merah muda
engkau pikir aku ini patung
duduk diam dan tersenyum menikmati pipimu yang memerah.

Kita manusia budak
punggung ini penuh torehan kasih sayang
pipi ini memar oleh ciuman terima kasih
kaki ini melepuh oleh langkah-langkah bersama
mata ini buram oleh indahnya dirimu
haus ini adalah keinginan
lapar ini adalah rindu
lepaskan aku dari segala penyiksaan ini.

Tidakkah engkau berpikir untuk menengok kebelakang
ada bayangmu dan doaku mengikutimu
tidakkah engkau berpikir untuk melihat langit
ada bintang dan harapanku mendukungmu
tidakkah engkau berpikir untuk menoleh
ada pepohan hijau dan kehati-hatianku menjagamu
tidakkah engkau berpikir untuk merenung
ada rumput berembun dan saranku menuntunmu.

Maafkan aku jika menemanimu hingga larut malam
maafkan aku jika menunggumu pulang
maafkan aku jika datang terlambat.

Kita ini benar-benar payah
kamu masih ragu-ragu
aku sudah percaya.

PS: Dedikasi untuk sahabatku yang sangat baik.

Image by Marcus74id