Categories
5 Stars Reviews

Review: Botchan


Botchan by Natsume Sōseki

My rating: 5 of 5 stars

Sungguh.

Saya hidup kembali.

Telah lama saya merindukan sebuah bacaan seperti ini. sungguh. ini seperti bertemu kembali dengan kekasih yang telah lama terpisahkan. oh betapa melegakannya. sungguh.

Jauh sebelum membaca buku ini, saya telah sadar dan yakin kalau Soseki Nasume akan membuat saya masuk dan terlempar kedalam karyanya. dan ini terbukti langsung lewat buku ini. jika boleh beranalogi, membaca Botchan ini seperti menaiki pesawat jet melintasi khatulistiwa di sore hari yang cerah. yang artinya hhmm.. saya juga tidak tahu, tapi itu yang saya rasakan, yaaahh.. gitulah..

Botchan akan menyuguhkan kejujuran dunia yang keras, semua hal terlihat pelan namun sebenarnya semua ini berjalan sangat cepat, kesadaranmu akan membuat semua realitas terasa pelan dan mencekam. bagaimana tidak, banyak konflik disuguhkan dengan pedas dan dingin disini. tidak enak namun sangat indah. kau akan menyaksikan banyak hal yang saling bersinggungan dan tidak jarang saling menikam dan bertabrakan. tolong jangan berbohong bukankah manusia menyukai ini, menyaksikan sebuah kehancuran dan penderitaan adalah sebuah tontonan yang kita sukai. itu kenapa begitu banyak berita kriminal dan bencana disiarkan di TV, ratingnnya tinggi. serius lho..

Jika kamu belum membaca buku dan bertanya “bagaimana cerita buku ini?” hhmm.. saya hanya bisa menjawab “jangan pedulikan ceritanya”. siapa yang akan peduli dengan cerita Botchan ini, ceritanya terlalu biasa dan sangat sederhana, ini hanya cerita tentang kehidupan dan pemberontakan akan realitas yang ada. semua orang pasti mengalaminya, namun masalahnya apakah kita bisa melihat dunia dengan cara seperti di Botchan ini, apakah kita bisa selalu jujur seperti tokoh utama dalam buku ini, apakah kita bisa menolak semua hasutan dan kemunafikan seperti yang disajikan dengan sangat gemilang oleh penulis buku ini, apakah kita bisa menjadikan idealisme sebagai harga mati, apakah kita bisa memberikan rasa sayang yang tulus dan berjanji untuk tetap setia, apakah kita bisa tetep kuat saat semua orang mencoba menjatuhkan? jika jawabannya tidak, cobalah belajar dari buku tipis ini. seperti kata mendiang ayahku, “buku adalah guru terbaik”

Oke, saya sadar, saya tahu kalau review ini kedengaranya berlebihan dan bertele-tele, namun seperti inilah kejujuran yang bisa saya berikan untuk buku ini. terima kasih.

NB: untuk yang telah pernah membaca buku ini diharapkan komentarnya, semoga kita bisa berbincang-bincang, bercakap-cakap, atau kemungkinan terburuk, saling mencela 😀

View all my reviews

Categories
5 Stars Reviews

Transfigurasi Manusia: Refleksi Antrosophia Perennialis by Frithjof Schuon

Saya tidak peduli penulis itu tua, muda, hidup, mati, ahli, pakar, budayawan, aktivis, ibu rumah tangga atau apaun itu. selama mereka menulis sesuatu yang karya itu telah cukup. sebuah buku adalah seorang anak tanpa orang tua. dia yatim piatu. dan pembacalah orang tua angkatnya, yang akan mengasuh ide dan mengembangkannya menjadi sebuah pemikiran atau tindakan.

sebuah buku yang baik adalah buku yang bertanggung jawab akan isi dan kandungannya. jawaban bukanlah hal yang penting, selama pertanyaan yang diajukan dalamnya merukapan sebuah keraguan dan renungan tentang kebenaran.

seperti itulah buku ini.

saya pernah membaca sebuah buku karya penulis lokal yang mengangkat tema yang sama dengan buku ini. hasilnya nol besar. serius lho. 


saya tidak bermaksud menilai rendah karya anak bangsa, hanya saja penulis lokal yang saya maksud diatas benar-benar parah, isi bukunya hanya saduran-saduran tema filsafat tanpa ada pembahasan, bertanya tanpa esensi pencarian akan makna dan lebih parahnya sang penulis bersangkutan mendapat penghargaan atas karya ‘biasa’-nya itu. yah saya sangat kesal. dan yah benar saya akan menbandingkannya dengan buku yang barusan saya baca ini.

buku ini,

menjawab semua pertanyaan retorikal yang dalam secara sederhana dan menjadikannya mudah dicerna, risetnya matang dan memikat untuk disimak. sederhana, mendalam dan melebar. saya rasa itulah yang dicari semua orang, sebuah penjelasan ringkas, gampang dan masuk akal.

dalam buku ini memaparkan banyak kegelisahan tentang agama, tuhan, manusia, serta kepercayaan modern. setiap paragraf adalah ungkapan-ungkapan penuh makna yang dalam tentang semua permasalahan ini. saya terkejut berkali-kali dan tidak menemukan kejenuhan. kenapa penulis yang namanya sangat sulit saya hapal ini begitu memukau, saya kira mungkin kerena penulis ini ikhlas dan kritis dalam menulis, andai saja banyak penulis bisa lugas seperti ini.

andai saja.

NB: ini bukan review, tapi ungkapan kekesalan saja. harap dimaklumi.




Search Amazon.com for frithjof schuon

Categories
5 Stars Reviews

Kitchen by Banana Yoshimoto

Ini sungguh diluar dugaan, sekali lagi aku dibawa hanyut kedalam arus cerita oleh penulis jepang, Pertama Kobe Abe, kemudian Haruki Murakami dan sekarang Banana Yoshimoto, memang nama yang tidak biasa seperti itu pula karyanya.

Sejak halaman pertama aku sudah sadar buku ini akan membawaku kemana, malayang pelan diatas permukaan dan dipertengahannya aku tenggelamkan sampai dasar. aku bisa melihat semua hal dari dasar ini, semua konflik, dilema dan pikiran yang terombang-ambing mencoba menolak realita namun harus tetap berdiri tegak menggandeng masa lalu dan terus melanggkah kedepan.

Sebenarnya tidak banyak hal yang diajarkan buku ini, dua kisahnya “kitchen” dan “Moonlight Shadow” hanya sebagai pengingat bahwa masa lalu dan apa yang akan terjadi tidak bisa kita hindari, hidup ini terlalu singkat untuk meratapi langkah-langkah yang telah terlewati. teruslah melangkah, tapaki semuanya tanpa penyesalan, lihatlah matahari akan tetap bersinar dan tenggelam disore hari, malam datang dan berganti pagi.  tangisilah kenangan-kenangan indah, karena tiap tetesnya adalah senyum yang tersungging dimasa depan.

Selamat tinggal masa lalu, terima kasih. sekarang izinkan aku tersenyum. 🙂

Categories
5 Stars Reviews

Norwegian Wood by Haruki Murakami

Murakami dengan sangat cerdas menulis buku ini,dan diterjemahkan secara briliant oleh Jonjon Johana. kata demi kata tertata rapi seperti kamar yang baru saja dibereskan dan diberi pengharum ruangan beraroma terapi. Indah, segar dan membetahkan.

Alurnya sederhana dan mengalir pelan seperti sungai yang jernih dan tenang dengan tokoh yang penuh kebimbangan layaknya manusia nyata dan tanpa basa-basi. pergulatan emosi, dialog, dan sex dipaparkan dengan menawan tanpa harus malu serta merasa jorok, dan sungguh sangat jarang ada buku yang bisa lugas seperti ini.
Percayalah..

Mungkin beberapa orang akan bertanya agaknya memberi *5 pada buku ini tidakkah berlebihan? tentu saja tidak. buku ini seperti samudra, tenang dan tidak penuh hiruk-pikuk namun lihatlah lebih dalam, anda akan terkejut betapa begitu banyaknya kehidupan yang bisa tercipta disana.


Categories
5 Stars Reviews

Dengarlah Nyanyian Angin by Haruki Murakami

Semalam saya bermimpi, mimpi tentang pelabuhan, botol-botol bir, seorang wanita dan tangan-tangan yang saling bergenggaman. bukankah ini tahap yang terindah dari seorang manusia? hidup, mencari jawaban atas dunia, berusaha hidup dalam sebuah arus namun tidak ingin hanyut didalamnya.

Dengarkanlah Nyanyian Angin itulah dia. buku tipis yang telah melengkapi minggu ini dengan sempurna, dia hangat bagai tegukan bir, penuh pengertian bagai seorang kekasih yang tidak banyak bicara, dan cukup tipis untuk diselipkan diantara kamus, binder, kertas photo-copian dan tempat pensil dalam tas hitamku yang berumur 8 tahun tanpa harus menyesakkan isinya.


Hear The Wind Sing