Untuk ‘SORE’
Untuk ‘SORE’
Impianku telah membabi buta
merajang jiwa dengan tidak sopan
dan merasuki hati tanpa basi basi
apa yang bisa diperbuat
jika waktu bermain riang dan tersesat
dan ruangpun telah tidak berdimensi.
Berdoa kata mereka,
dasar pembohong
menyembah tidak akan merubah apa-apa.
Bertindak gertak kalian,
dasar laknat
melompat kejurang adalah sia-sia.
Saat ini tolong diam
tak usah direnungi
kenangan telah membusuk bersama berhala sembah itu
retak dan tidak lama lagi akan pecah
percayalah
lihat saja.
Tembok-tembok ini tidak ada harapan
hembusan pelan akan merubuhkannya
ditopangpun sama
hanya akan membuang tenaga
coba saja.
Sudah berhentilah
buntu, tidak ada jalan
lutut ini terkunci dan
tanganpun perikat
rapat dan kencang.
Sudah bernapas sajalah
tarik pelan
hembus keluar
dan ulangi lagi
toh hanya itu yang bisa.
Sudah jangan berontak
buat apa?
jangan mikir lagi pake otak
toh isinya cuma celah dan rongga.
Sudah jangan tunggu
waktu dan ruang itu tidak ada
tidak saat ini dan dsini.
Mati?
buat apa?
percuma.
Hidup?
memangnya bisa?
silahkan saja.
Jadi?
Oleh Abdyka Wirmon dan Sari Muliani
Image By americanpsycho
Berjuta-juta ton lava mengalir di tubuhku
mereka pikir aku tersiksa
tidak, aku bahagia.
Panasnya telah mencairkan hatiku yang beku
melelehkan rantai berkarat yang mengikat tanganku
menghancurkan beton yang menanam kedua kakiku.
Kini aku bisa berlari menujumu
kini aku bisa menyentuh kelembutan dihelai rambutmu
kini aku bisa bebas memelukmu.
Kuda-kuda liar berlari bergerombol
mereka terhenyak melihat jernihnya danau khayalan
rusa-rusa muda bertanduk panjang meneguk air cawan dunia
tertidur pulas tanpa takut diburu harimau lapar yang kehilangan cinta.
Engkau pikir aku ini bodoh
berkhayal tentang rimba yang merah muda
engkau pikir aku ini patung
duduk diam dan tersenyum menikmati pipimu yang memerah.
Kita manusia budak
punggung ini penuh torehan kasih sayang
pipi ini memar oleh ciuman terima kasih
kaki ini melepuh oleh langkah-langkah bersama
mata ini buram oleh indahnya dirimu
haus ini adalah keinginan
lapar ini adalah rindu
lepaskan aku dari segala penyiksaan ini.
Tidakkah engkau berpikir untuk menengok kebelakang
ada bayangmu dan doaku mengikutimu
tidakkah engkau berpikir untuk melihat langit
ada bintang dan harapanku mendukungmu
tidakkah engkau berpikir untuk menoleh
ada pepohan hijau dan kehati-hatianku menjagamu
tidakkah engkau berpikir untuk merenung
ada rumput berembun dan saranku menuntunmu.
Maafkan aku jika menemanimu hingga larut malam
maafkan aku jika menunggumu pulang
maafkan aku jika datang terlambat.
Kita ini benar-benar payah
kamu masih ragu-ragu
aku sudah percaya.
PS: Dedikasi untuk sahabatku yang sangat baik.
Lihat disana
gemerlap kecil
bintang yang merendah
terbang kian kemari
kadang menghampiri
kadang bersembunyi
kubuka tanganku dia terbang pelan mendekat
kututup rapat dan dia hilang lagi.
Kumelangkah keluar
bersandar pada pohon tua yang meranggas
menatapimu berputar-putar dipuncak dahan
melayang pelan
menukik tajam
hinggap sebentar
dan terbang lagi.
Kunang-kunang kecilku yang berkelip-kelip
kadang hilang, kadang terang.
indah menawan dan lenyap terbang.
Pancarkan sinar kuningmu di antara daun-daun hijau
terbang dan berbimbingan bersama bintang
karena kalian sama
cantik
indah
dan menentramkan.
Wahai makhluk yang berbahagia
maukah kau mendengarkan kisahku
kisah tentang manusia yang bersabar
hatinya lembut penuh kasih
namun jiwanya terbakar oleh sayang.
Wahai ciptaan yang paling indah
kupuja semua harapan pada hampanya jiwa manusia
dan kini nafasku kian melemah
nadiku tersumbat dan otakku terkapar.
Wahai kunang-kunang yang menguning
sampaikan penghambaaku pada Tuhan
katakan pada-NYA
aku lemah
dan butuh dikuatkan.
Wahai kau yang kini terbang menjauh
Dan..
Ini yang terakhir yang bisa aku katakan
Demi kata-kata yang terucap
Demi langkah yang telah terpijak
Demi rerumputan yang mengakar
Dan demi jiwa yang telah kuserahkan.
Sampaikan mantra cintaku padanya dan-NYA.
.
.
.
.
.
.
.
.dia harus tahu itu.
———————————————————————–
by Abdyka Wirmon on Friday, 13 November 2009 at 03:17
Untuk Putriku yang terbangun. Semoga bisa tertidur pulas.
Hai..
Putriku yang cantik
Tak usah kau teteskan air matamu
Tak Usah kau bersujud dan mengiba
Tak Usah kau menggapai tanpa alasan
Tak usah kau menanggung semua ini
Tak usah kau lakukan hanya demi aku.
Air matamu adalah air surga yang tidak pantas aku teguk
Sujud dan permohonanmu adalah ikhlas dan tulus serta tanpa cela
Yang kau gapai adalah hati yang penuh kehangatan namun hambar tanpa rasa
yang kau tanggung adalah beban terindah yang bisa aku berikan
demi aku, aku minta maaf.
Lihat aku tanpa matamu, raba aku tanpa indramu.
Kepalaku ditumbuhi pohon kering bercabang banyak dan tidak berbuah
Pundakku berminyak dan letih.
Tanganku telah ternoda dan terluka oleh mutiara dari kerang yang keras
kakiku rapuh dan lemas, tak sanggup berdiri dan melangkah.
hanya hatiku yang tersisa
namun aku menghilangkannya.
entah dimana.
Jangan sentuh aku, aku saat ini adalah kabut
Jangan peluk aku, aku saat ini adalah bayangan
jangan panggil aku, aku saat ini adalah kaku
Jangan doakan aku, aku saat ini tidak ada
jangan impikan aku, aku saat ini adalah mimpi buruk
namun jangan tingalkan aku, aku saat ini sendiri.
aku terjatuh, lanjutkan perjalananmu.
aku tidak apa-apa, hanya terluka dan memar.
aku akan disini untuk sementara.
karena saat aku kuat aku akan berlari mengejarmu.
Jangan tersesat, aku menyusulmu.
Saat kita bertemu nanti, lihat mataku
tak usah berkata-kata, aku tidak butuh itu
saat kita bertemu nanti, peluk aku
alirkan hangatmu, aku terlalu lama membeku
saat kita bertemu nanti, genggam tanganku.
jangan pernah kau lepaskan.
karena aku tidak mau sendiri lagi.
saat kita bertemu nanti, aku dan kau adalah satu
aku dan kau telah berganti menjadi “kita”
“kita” jiwa
“kita” esensi
“kita” dunia
Dikutip ulang dari Facebook by Adoremeso on Tuesday, 19 May 2009 Image:Cryin Tears Of Love Painting by Laura Barbosa
mataku membuyarkan emosi
emosi yang berbentuk lingkaran
melingkari seluruh tubuh ini
kepada siapa aq harus bersandung
jika kisah ini hanya ilusi?
kepada siapa aq harus bertarung
jika tangan ini terkunci
lambaian merdu dunia sekali lagi menipuku
tipuan murahan yang menyebalkan
tapi kenapa mereka masih tertawa?
apakah mereka suka ditipu?
udara tidak akan menghantarmu padanya
namun anginlah yang menjemputnya
menjemputnya dengan setengah hati
karena tidak ada lagi yang bisa kamu lakukan
lonceng di menara jam telah bergetar
burung burung camar mengitari haluannya
aku hanya bisa diam
menghitung detik yang ke-49
walaupun bulan tetap 12
menunggu hari 41
kau hanya bisa menunggunya datang
memeluknya saat pulang
menyentuh kulitnya
menatap matahari terbit di matanya
kamu harus tersenyum
kenapa?
entahlah
mungkin ini takdirku
menjadi karang yang memecah ombak
menunggu dia pulang
Tak akan banyak kata yang akan terucap padamu
Menatapmu cukup membuatku membatu.
Rangkaian anggrek ungu dan ikatan selusin mawar tidak cukup untuk menunjukkan sekilah cintaqu
Ini bukan kisah romeo dan juliet,
Bukan juga kisah layla dan majnun
Melainkan kisah biasa antara sejuknya embun pagi dan hangatnya malam.
Butiran salju dibarat tidak akan membekukan gerbang hatiku
Sengat matahari ditimur malah memperterang rasa ini.
Para pujangga tua akan berhenti melangkah saat melihatmu dan menyesali usianya
Burung gereja coklat terbang bergerombal hanya untuk melihat tawamu.
Engkau yang telah meluluhkan gerbang para pembenci
Yang kini berlari kecil disahara cinta mereka.
Lelehan larva panas mengalir keujung jariku saat hati ini ingin menyentuhmu
Ribuan duri tajam tumbuh dihalaman jiwaku saat kaki ini melompat memelukmu.
Apakah hamba hanya pecinta yg hanya bisa menatapmu dari balik lembah jingga ini?
Apakah engkau hanya sosok lembut yang selalu berdoa untuk dunia yang tidak pernah akan engkau miliki??
Apakah tuhan sedang tersenyum melihat kita tertatih menjalani peran ini?
Atau kita hanya catatan kecil dan tercecer dibalik sandiwara besar milik-Nya?
Engkau yang membuatku menceburkan diri di lembah dunia yang beku
Engkau yang menutup sangkar ini saat tangan-tangan iblis hendak mencabik-cabik tubuhku
Engkau yang membiarku kekal dalam kerasnya salju abadi selatan
Engkau yang menahanku dalam penjara jiwa yang kau sebut surga.
Tarian camar di pelabuahan angan
Menggerakkan angin rindu kehatiku
Rindu menggoreskan luka yang terlalu dangkal
Namun cukup sakit untuk menghilangkan jiwa manusiaku
Akan engkau sebut apa perih ini jika hati selalu tersenyum menatap ratusan lukisan indah dari dirimu.
Ya engkau, gadis dalam ribuan lukisan.
Engkau sahabat yang tidak akan pernah kutatap.
Engkau sahabatku.
Entah kenapa.